Super Excellent Network Bersama Meraih Kebebasan Finansial Yang Sebenarnya

Minggu, 08 Desember 2013

Prospek Budi Daya Laut Sangat Besar

Prospek Budi Daya Laut Sangat Besar


Prospek Budi Daya Laut Sangat Besar

Posted: 25 Nov 2013 10:52 PM PST

Good Week for ...

Good Week for...
PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG), emiten menara telekomunikasi, berencana menaikkan target obligasi rupiah menjadi Rp 740 miliar dari target semula Rp 500 miliar pada tahun ini akibat banyaknya permintaan dari pasar. Berdasarkan keterangan perseroan, Tower Bersama telah melakukan penetapan harga untuk penerbitan Obligasi Berkelanjutan I Tower Bersama Infrastructure Tahap I tahun 2013 atau disebut Obligasi TBIG I Tahap I. Total penerbitan Obligasi TBIG I Tahap I sebesar Rp 740 miliar yang terdiri dari dua seri – seri A dan seri B. Seri A berjumlah Rp 550 miliar dan ditawarkan pada tingkat kupon tetap 9% untuk tenor 370 hari kalender. Seri B berjumlah Rp 190 miliar dan ditawarkan pada tingkat kupon tetap 10% untuk tenor tiga tahun. Kupon untuk kedua seri ini dibayarkan setiap kuartal. Obligasi TBIG I Tahap I  adalah setara kewajiban senior tanpa jaminan khusus dari TBIG.

Kepemilikan saham PT Bosowa Corporindo di PT Bank Bukopin Tbk (BBKP) berpotensi kembali meningkat apabila perusahaan mengambil hak rights issue pemerintah. Menurut direksi Bukopin, pemerintah kemungkinan tidak akan mengeksekusi hak rights issue yang akan dilakukan perseroan.Pemegang saham lain yang berpotensi menyerap saham tersebut antara lain Bosowa Corporindo.Padahal, kepemilikan saham Bosowa Corporindo di Bank Bukopin akan meningkat menjadi 18,6% dari sebelumnya sebanyak 13,98%. Peningkatan saham terjadi karena Koperasi Pegawai Bulog Seluruh Indonesia (Kopelindo), selaku pemegang saham Bank Bukopin lainnya tidak akan mengeksekusi 200 ribu saham rights issue. Kopelindo akan menjual saham rights issue tersebut kepada Bosowa.

PT Lenovo Indonesia, anak usaha Lenovo Group, menargetkan pertumbuhan penjualan komputer personal (PC) pada 2014, walaupun terdapat estimasi tren perlambatan pertumbuhan penjualan PC di tahun depan. Perusahaan menargetkan pertumbuhan pangsa pasar di atas pangsa pasar existing di kuartal III 2013 di tahun depan, atau di atas 13,5%.  Perusahaan di tahun depan akan fokus di strategi memasarkan produk PC yang bersifat value for money. dengan terjadinya tren pelemahan rupiah maka daya beli masyarakat menjadi berkurang. Data perusahaan di menyebutkan sekitar 60%-70% pembelian PC di Indonesia pada rentang harga Rp 3 juta-Rp 4 juta per unit.

PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP) menargetkan nominal transaksi kartu kredit pada tahun depan bisa mencapai Rp 2,5 triliun, tumbuh 56,25% dari estimasi tahun 2013 sebesar Rp 1,6 triliun. Menurut Irwan pada tahun ini transaksi kartu kredit perusahaan diperkirakan tumbuh 45% dari tahun 2012 sebesar Rp 1,1 triliun. Tingginya pertumbuhan transaksi kartu kredit ini dilakukan agar perseroan mampu bersaing dengan pemegang pasar kartu kredit. untuk bisa bersaing dengan bank pemegang pasar kartu kredit, perseroan setidaknya harus memiliki jumlah kartu kredit sebanyak 300 ribu kartu. Pada 2014, perseroan menargetkan jumlah kartu kredit sebanyak 170 ribu kartu dari estimasi 2012 sebesar 115 ribu kartu. Hingga November 2013, jumlah kartu kredit yang diterbitkan perseroan mencapai 110 ribu kartu. Jumlah kartu tersebut mendorong nominal transaksi kartu menjadi Rp 1,4 triliun.

PT Synnex Metrodata Indonesia, anak usaha PT Metrodata Electronics Tbk (MTDL), mengandalkan penjualan divisi telekomunikasi untuk pertumbuhan usaha sebesar 10%-15% di kuartal akhir tahun ini dari kuartal sebelumnya.
Pada periode Januari- November tahun ini, penjualan divisi telekomunikasi tumbuh 280% dibandingkan periode sama tahun lalu. Penjualan divisi telekomunikasi yang sangat pesat ini didorong oleh tren perangkat smartphone dan komputer tablet di Indonesia. Brand Samsung, Asus, dan ZTE berkontribusi signifikan terhadap penjualan divisi telekomunikasi perseroan. Penjualan Samsung masih menjadi yang terbesar saat ini. Sementara penjualan divisi teknologi informasi (IT) hanya tumbuh 49% pada periode Januari-November 2013 dibandingkan periode sama tahun lalu.

Bad Week for ...

Bad Week for..
PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk (PJAA) membukukan penurunan laba bersih menjadi Rp 90,2 miliar pada kuartal III 2013 dari Rp105 miliar pada periode yang sama 2012 didorong kenaikan beban usaha menjadi Rp 165,1 miliar dari Rp 138,5 miliar. Padahal perseroan mencatatkan pendapatan usaha sebesar Rp724,3 miliar dari periode kuartal III 2012 sebesar Rp717,4 miiar. Sementara laba sebelum pajak perseroan turun menjadi Rp126 miliar dari Rp149,4 miliar. Demikian juga beban pajak turun menjadi Rp 35,7 miliar dari Rp 44,4 miliar. Aset perseroan naik  menjadi Rp2,5 triliun dari Rp2,3 triliun, namun kewajiban naik menjadi Rp1,2 triliun dari Rp1,07 triliun.

PT XL Axiata Tbk (EXCL), emiten telekomunikasi, mengkaji beberapa opsi untuk membayar seluruh kewajiban PT Axis Telekom Indonesia (Axis), setelah rencana akuisisi-mergernya disetujui pemerintah. Salah satu opsi itu adalah menjual aset menaranya. Pada September 2013, XL Axiata meneken conditional sales and purchase agreement (CSPA) dengan Saudi Telecom Company (STC) dan Teleglobal Investmen B.V (Teleglobal), untuk membeli 95% saham Axis senilai US$ 865 juta. Rencana akuisisi ini disetujui pemerintah lewat surat Menteri Komunikasi No 1147 Tahun 2013 pada 28 November. Persetujuan ini mensyaratkan penarikan blok 8 dan 12 milik perseroan di frekuensi 2.100 MHz (layanan 3G). 
Direksi perseroan menyatakan XL saat ini menyiapkan empat opsi terkait skema pendanaan utang Axis yang diperkirakan mencapai Rp 17 triliun tersebut. Keempat opsi tersebut adalah  menjual aset menara telekomunikasi, melakukan pinjaman bank, melakukan right issue, dan meminjam dana dari induk usaha, Axiata Group Berhad, yang memiliki saham 66,4%.

This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar