Super Excellent Network Bersama Meraih Kebebasan Finansial Yang Sebenarnya

Rabu, 10 Desember 2014

Petani Muda Ini Mampu Kantongi Ratusan Juta dari Bisnis Herbisida

Petani Muda Ini Mampu Kantongi Ratusan Juta dari Bisnis Herbisida


Petani Muda Ini Mampu Kantongi Ratusan Juta dari Bisnis Herbisida

Posted: 25 Nov 2014 01:27 AM PST

Jumlah pengusaha muda di Tanah Air kian menjamur. Di tengah jumlah pengangguran yang terus meningkat, setiap orang memang dituntut lebih kreatif menciptakan lapangan kerja untuk dirinya.

Kukuh bisa menjadi contoh buah kejelian melihat peluang usaha. Bahkan, di saat banyak yang memilih menekuni bisnis kuliner atau teknologi, pemuda lulusan Institut Pertanian Bogor (IPB) ini justru memilih jalur yang benar-benar beda dengan kebanyakan pebisnis muda.

Dia memilih mengembangkan dunia pertanian dengan mendirikan Pandawa Putra Indonesia, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pertanian.

Tak sia-sia, kini Pandawa Putra Indonesia mampu meraup ratusan juta rupiah seiring perkembangan bisnisnya. Berikut kisah Kukuh membangun bisnisnya mengutip laman Studentpreneur, Selasa (25/11/2014):

Awal mula usaha

Kukuh menuturkan Pandawa Putra Indonesia resmi berdiri pada 7 Juli 2012 dalam bentuk CV. Namun perjalanan usaha sebenarnya sudah dirintis sejak 2010. Saat dia masih kuliah di Departemen Agronomi Hortikultura IPB, Bogor Jawa Barat.

Kala itu, Kukuh kerja sambilan di Laboratorium Ecotoxycology and Waste milik IPB. Dari sinilah, ide bisnisnya lahir. Sebab banyak perkembangan pertanian terutama di bidang herbisida yang didapat saat bekerja sambilan.

Ide bisnisnya kian klop dengan dasar pendidikan Kukuh yang fokus di bidang pertanian. Dia mengaku bisa melihat peluang yang tidak bisa dibantah, bahwa dunia pertanian memang tidak ada habisnya selama manusia memang butuh makan.

"Karena selain melihat keuntungan, kami melihat bisnis itu untuk jangka panjang dan juga dampak positif baik untuk lingkungan maupun ke masyarakat juga lebih mengena jika dibandingkan bergerak di bidang lain," dia menuturkan.

Apalagi saat itu, banyak petani yang meminta pasokan produk herbisida. Herbisida sendiri merupakan salah satu kebutuhan primer dari petani maupun pekebun di dunia.

"Kami melihat bahwa dengan memproduksi herbisida value proposition yang kami miliki kurang kuat. Karena bahan aktif yang hampir 100 persen impor, pemain herbisida yang rata-rata merupakan perusahaan multinasional," jelas dia.

Dari sini, Putra Pandawa Indonesia lahir untuk memproduksi Weed Solution atau juga lebih dikenal dengan solution, merupakan adjuvant (penguat) dari herbisida yang berfungsi mengurangi dosis racun herbisida hingga 50 persen.

"Dengan begitu, produk kami lebih ramah lingkungan karena bahan yang digunakan 50 persen juga merupakan bahan organik dan bahan kimia yang digunakan adalah bahan non racun," jelas dia.

Selain ramah lingkungan, produknya juga menawarkan solusi efisiensi biaya pengendalian gulma hingga 20 persen yang dipastikan akan lebih menguntungkan konsumen.

"Yang perlu dicatat juga bahan yang kami gunakan asli merupakan kekayaan dari Sumber Daya Alam Indonesia sehingga tidak ada yang impor," tegasnya.

Buah Usaha

Kepada para petani, produk ini dijual rata-rata Rp 35 ribu per liter. Permintaan pun mulai berdatangan.Tak hanya dari Pulau Jawa, namun melebar ke Sumatera.

Kukuh pun sekarang sedang berusaha untuk memperluas jangakauan pasar ke Sulawesi dan Kalimantan. Dengan pemasaran sedemikian luas, lantas berapa omzet yang dikantongi Kukuh?.

"Ya, total khusus untuk produk Weed Solution tahun ini diharapkan dapat mencapai nilai sekitar Rp 700 juta- Rp 800 juta. Belum jumlah yang banyak memang, namun proses dari pengenalan produk hingga beli memang diperlukan pengamatan, sosialisasi yang biasanya memakan waktu 4-6 bulan," kata dia.

Kendala yang harus dilalui

Tak ada usaha tanpa kendala. Dia menyebut masalah sumber daya manusia di bidang pertanian yang masih banyak kurang adalah kendala di bisnis pertanian.

Selain itu, pelaku bisnis di bidang pertanian maupun pemerintah sering merasa abai dengan potensi sumber alam yang melimpah, sehingga malas untuk memperbaiki diri dengan teknologi maupun regulasi yang mendukung sektor ini.

Kendala lain, pola pikir masyarakat Indonesia terhadap dunia pertanian yang masih rendah. "Padahal, bisa dihitung pemain asing yang bermain di dunia pertanian Indonesia, itu membuktikan bahwa pihak asing sendiri melihat Indonesia sebagai pasar maupun sumber pertanian yang unggul. Sangat disayangkan mengingat prediksi World Bank, 20 tahun kedepan dua hal yang sangat penting untuk diperhatikan adalah masalah Pangan dan Air," dia mengingatkan.

Dia juga melihat bisnis pertanian di Indonesia ini masih kurang dari segi inovasi. Lebih bersifat atau terlihat masih seperti dagang saja, belum bisa dikatakan iklimnya sudah maju.

Padahal, inovasi tidak harus selalu teknologi yang canggih dan rumit, namun kearifan lokal dan simplifikasi yang lebih diperlukan. Di sini dukungan pemerintah dibutuhkan.

"Jadi, kami perkirakan dengan pemerintah yang mendukung dunia pertanian, dapat dengan lebih cepat mengakselerasi perkembangan bisnis di bidang pertanian. Semoga juga, generasi muda kita selain melek teknologi juga tidak lupa untuk ikut aktif berperan serta dalam pengembangan dunia pertanian di masyarakat," kata dia.

Kunci sukses

Perihal usaha suksesnya ini, Kukuh memberikan nasehat kepada mereka yang ingin ikut membuka peluang usaha.

Menurut dia, jangan memulai bisnis karena hanya melihat dari sisi materi. "Menurut kami, bisnis itu ibarat lari jarak jauh, bukan sekedar sprint. Kalau dagang, oke lah disitu kita bisa berprinsip cepat jual, cepat untung. Motivasi seperlunya saja, jangan terlalu banyak, jadinya biasanya kurang bisa berpikir logis. Lalu yang terakhir adalah juga melihat tren sekarang bukan lagi ke kompetisi namun ke kolaborasi," kata dia.

Selain itu rajin melihat peluang, perluas wawasan dengan banyak membaca, belajar dari pengalaman orang lain, dan carilah mentor untuk bisa meminimalisir kesalahan-kesalahan yang dilakukan.(Nrm)

* Tulisan lengkap bisa dibaca di http://studentpreneur.co/

This entry passed through the Full-Text RSS service - if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.
Want something else to read? How about 'Grievous Censorship' By The Guardian: Israel, Gaza And The Termination Of Nafeez Ahmed's Blog

Tidak ada komentar:

Posting Komentar