Super Excellent Network Bersama Meraih Kebebasan Finansial Yang Sebenarnya

Minggu, 12 Februari 2012

Indonesia Kalah Agresif Peluang Usaha di Afrika

Indonesia Kalah Agresif Peluang Usaha di Afrika


Indonesia Kalah Agresif Peluang Usaha di Afrika

Posted: 19 Jan 2012 01:50 AM PST

Tangerang (ANTARA) - Para pengusaha Indonesia kalah bersaing dan kurang agresif membaca peluang usaha di Afrika karena selama ini hanya melihat hubungan bilateral politik dan pertahanan, sehingga perlu perubahan paradigma pada arah ekonomi.

"Paradigma politik dan pertahanan dalam kaitan hubungan dengan Afrika harus diubah dengan cara pandang ekonomi," kata Dekan Fakultas Ilmu sosial dan ilmu Politik (FISIP) Universitas Pelita Harapan (UPH) Karawaci Tangerang, Banten, Prof. Aleksius Jemadu di Tangerang, Kamis.

Prof Jemadu mengatakan masalah tersebut pada seminar bertajuk "Perkembangan Hubungan Bilateral Indonesia dengan Negara-Negara Sub-Sahara Afrika dan Uni Afrika" di Kampus UPH Karawaci, Tangerang.

Dalam seminar itu juga menampilkan Prof Zainudin Djafar dari Universitas Indonesia, Andradjati (Direktur Urusan Afrika Kementerian Luar Negeri) dan merupakan kerja sama UPH dengan Kementerian Luar Negeri.

Menurut Jemadu bahwa secara politik dan sejarah Indonesia memang memiliki kedekatan dengan Afrika, tapi secara ekonomi Indonesia masih ketinggalan dengan beberapa negara di Asean seperti Malaysia dan Thailand, apalagi dengan China.

Dia mengatakan Thailand dan Malaysia lebih agresif memanfaatkan peluang usaha setelah Afrika bangkit dalam beberapa tahun belakangan ini.

Guru Besar Politik Internasional FISIP UPH itu menambahkan pandangan yang negatif tentang Afrika itu sudah saatnya diubah dan digantikan dengan cara pandang yang lebih positif dengan melihat potensi yang lain belum banyak digarap.

"Perubahan cara pandang merupakan langkah awal yang diperlukan sebelum pemerintah Indonesia menggerakkan pelaku ekonomi swasta untuk melakukan ekspansi bisnis ke Afrika," katanya.

Namun pandangan itu, bahwa maka umumnya masyarakat Indonesia lebih melihat kemajuan ekonomi barat seperti AS dan Uni Eropa serta kemajuan Jepang, hal itu dianggap keliru.

Dia mengatakan bahwa Malaysia mengambil peluang besar dari proyek energi di Afrika dan jauh tertinggal dengan Indonesia, demikian pula Thailand menanamkan bisnis pada sektor pertanian dan perkebunan.

Belakangan ini Afrika mulai menampakkan perubahan secara politik maupun ekonomi dan berbagai laporan dari lembaga keuangan internasional bahwa menunjukan prospek ekonomi Afrika makin cerah dan periode ekonomi yang stagnan telah berlalu.

Benua Afrika memiliki sekitar 8,1 persen dari cadangan minyak dunia dan khusus Afrika Selatan mempunyai sebanyak 88 persen dari total cadangan platinum dunia.

Pada era globalisasi ekonomi, katanya, setiap negara berusaha untuk melakukan diversifikasi hubungan ekonomi dan perdagangan maka Afrika menawarkan berbagai peluang baik sebagai pemasok sumber daya alam seperti minyak dan gas abad 21 maupun sebagai pasar yang terus tumbuh daya beli.

Dia mempertanyakan bahwa langkah apa yang harus ditempuh oleh Pemerintah Indonesia dan pelaku ekonomi lainnya dalam memanfaatkan kebangkitan ekonomi Afrika.

Selain itu, ada pandangan umum bahwa sebagai negara berkembang Indonesia harus mengarahkan orientasi ekonomi dan politik ke berbagai negara maju dan bukan kepada negara yang persoalan ekonomi dan politiknya masih sejajar dengan Indonesia.

This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers. Five Filters recommends: Donate to Wikileaks.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar